Mohamad Sholeh-Serpong
Sore itu, Senin (15/10), tampak Direktur Eksekutif Banten Membangun Generasi Sembilan, H Tubagus Abdul Basit, tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatu mengenai persiapan film Nyi Mas Melati yang hingga akhir Oktober ini sudah memasuki pra produksi. Di sela kesibukannya, dia pun menceritakan motif apa dibalik dirinya mempelopori film tersebut, yang tak lain tokoh pahlawan wanita Tangerang yang ikut andil menumpas penjajahan Belanda.
“Tujuannya melanjutkan kejayaan Banten melalui film pejuang wanita, seperti Tjut Nyak Dien, Ra Kartini, Raden Dewi Sartika, Provinsi Banten pun ternyata memiliki pejuang wanita yang belum banyak dikenal, dia adalah Nyi Mas Melati,” katanya.
Di kesibukannya yang padat, dia pun menceritakan sosok Nyi Mas Malati. Termasuk tentang pernah beberapa kali dipentaskan dalam bentuk drama kolosal di era tahun 80-an. Terakhir kisahnya kembali dipentaskan di Sanggar Seribu pada acara Gelar Teknologi Tepat Guna VI Tingkat Provinsi Banten, Juni 2010 lalu di Halaman Kantor Kecamatan Ciputat, yang disutradarai Tb Sos Rendra, yang juga penulis skenario dalam film ini.
Lanjut Tubagus, Nyi Mas Melati adalah anak perempuan dari Raden Kabal yang turut dalam perjuangannya melawan penjajahan Belanda pada tahun 1654. Pada saat itu, Benteng (nama daerah sebelum Tangerang) dikuasai oleh VOC, sehingga Nyi Mas Melati yang menggantinya menjadi Tangerang pada 31 Oktober 1654 dengan arti mempertahankan “Tetengger” yang bernama “Tugu Tanggek” yang akan dibongkar oleh kolonial untuk perluasan jalan menuju kulon. Hingga berujung peperangan mengusir penjajah.
Pemberontakan-pemberontakan rakyat pun akhirnya meletus, salah satunya pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Kabal. Nyi Mas Melati, puteri R Kabal pun tidak mau tinggal diam dan turut dalam pertempuran melawan pasukan penjajah.
Menurut catatan juga konon Nyi Mas Melati dimakamkan di Balaraja-Kabupaten Tangerang. Namun sumber lain menyebutkan makamnya berada di Pulau Untung Jawa-Kepulauan Seribu, Pinang, dan Parung Panjang. Banyaknya makan ini tak lain pemerintah VOC tidak menginginkan masyarakat pribumi mengetahui makam pahlawannya, sehingga makamnya dipindah-pindah oleh Belanda.
Tubagus yang juga terlibat langsung sebagai produser, sekaligus salah seorang aktor bernama Tumenggung Arya dalam rencana film Nyi Mas Melati ini, terpanggil ingin menggarap lantaran prihatin, pahlawan wanita Banten, khususnya bagi warga Tangerang Kota, Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang telah dilupakan masyarakatnya. Hal ini terlihat dari generasi anak muda saat ini yang mayoritas jika ditanya siapa pahlawan wanitanya, hampir merata akan menjawab tidak tahu.
“Sudah menjadi kewajiban kami sebagai anak-cucu asli Banten menghidupkan kembali kejayaan Banten, baik kejayaan di zaman kerajaan maupun dizaman kemerdekaan seperti pahlawan wanita Nyi Mas Melati,” ungkapnya.
Tubagus yang juga keturunan ke sembilan dari Sultan Ageng Tirtayasa ini menceritakan yang menjadi penyebab mengapa Nyi Mas Melati ini dilupakan masyarakatnya. Hal ini dikarenakan perjuangan beliau dalam ikut andil memperebutkan kemerdekaan melawan penjajah, tidak dimasukkan dalam pelajaran sejarah di banyak sekolah. Adapun ada, jumlahnya juga sangat kurang.
“Harapan kami dengan adanya film ini, nantinya dapat menjadi pengingat mesyarakat kembali akan betapa besarnya perjuangan pahlawan wanita Nyi Mas Melati, bagi warga Banten sehingga kita dapat menikmati kemerdekaan hingga saat ini,” imbuhnya.
Agar tujuan pengenalan film lebih ke masyarakat Banten ini, khususnya Tangerang Kota, Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang efektif, Tubagus mengaku telah mengkoordinasikan dengan dinas terkait agar diputar wajib di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di tiga wilayah tersebut. Tak hanya itu, dirinya juga akan mempersiapkan alat penunjang seperti proyektor dan sound system jika sekiranya pihak sekolah belum memiliki atau kurang support.
“Jika sesuai rencana, film ini akan kami putar pada hari Pahlawan di semua sekolah mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi, mohon doa restunya,” pintanya.
Untuk menggarap film mulai dari pra produksi hingga pemutaran, Tubagus mengaku akan menalangi biaya seluruhnya. Diperkirakan, hingga film rampung digarap, membutuhkan biaya sebesar Rp 738.375.000, dengan rincian Rp 386.375.000 untuk produksi dan pemutaran Rp 352.000.000.
“Semoga pendanaan kami cukup,” pintanya.